Kamis, 19 Januari 2017

Pengendalian Diri

Kamis ini berjalan mulus namun ditaburi sedikit garam kehidupan. So, jadi seperti biasa gua jemput kakak gua di pintu keluar mobil Mayor Oking (kalo nggak tau nama lainnya pintu keluar mobil parkiran stasiun bogor). Di situ hampir setiap hari apalagi jam-jam pulang kantor  ojek online sudah berjejer ngantri nunggu penumpang, kebetulan disamping tempat gua nunggu-nunggu adalah tempat parker motor juga. Walaupun gak tau legal apa nggak, sejauh ini masih tetap beroperasi dengan aman dan lancar. Memang sudah menjadi biasa bagi kami orang-orang yang menunggu jemputan di usir-usir oleh satpam parkir ataupun penjaga parkiran motor “legal” dan ya hiraukan ajalah ya. Tapi berbeda dengan situasi sore ini, motor gua kebetulan berada di posisi terapit dari depan belakang dan kanan oleh para ojeg online sedangkan dari kiri gua digusur-gusur sama orang yang mau keluarin motornya. Gua santai aja, wong situasi gua lagi terjepit ya diem aja main hp.

“Mas, bisa geser nggak? Saya mau keluar!” kata mas-mas dengan agak tegas

Dengan ekspresi muka asem, gua kasih kode ke dia bahwa secara bahasa tubuh mau bilang: Cuy gua juga nggak bisa gerak nih

Gua lanjut main hp, bahkan sempet-sempetnya gua abadikan di Instagram Story

“Online lain kali kalo nunggu agak majuan! Jangan ngalangin yang mau keluar!” ujar penjaga parkiran

Gak lama tiba-tiba :

Prak!! “Bisa maju nggak *NJ**G?!”

“Lah ? Lho? Kok?,” dalam hati.

Gua cuma bisa masang tampang makin asem , ditambah situasi makin tegang dan gua bisa pastikan semua orang sekitar lagi perhatiin gua. Ya mau nggak mau gua dengan agak sradak-sruduk yang ngalangin jalan keluar.

Pas gua lagi berusaha keluar :

“Udah tau macet, main hape aja!!” masih dari orang yang sama.

Gua kesel  dan berusaha menenangkan diri dengan berpikir sisi baiknya.
Ini gua certitakan bukan karena  pengen mengumbar emosi negatif kepada kalian yang baca, tapi disini gua cuman mau membuktikan bahwa manusia itu beragam sifatnya. Ada yang baik, jutek, emosian, pemalu, bahkan kayak orang tadi yang bisa dibilang tempramen. So, apakah yang harus lu lakukan? Apa tanggapan kalian? Apakah membalas air tuba dengan air kali ciliwung? Karena percaya atau tidak hal-hal seperti kejadian di atas hampir setiap hari terjadi bahkan yang terjadi bisa jadi lebih buruk. Ya kan? Oleh karena itu gua mau kasih tips buat kalian kalo lagi dalam situasi genting kaya gini, gimana caranya? Ini dia.


1. Tarik Napas


Lho? Lah iya, kalo nggak napas mati dong. Jadi, sebelum reaksi terhadap sesuatu terjadi kita punya waktu sepersekian detik untuk menentukan tindakan apa yang akan kita tanggapi. Treatment ini boleh dicoba buat kalian yang mungkin suka marah-marah atau yang emosinya cemen.

2. Pikirkan

Dalam sepersekian detik itu kita juga punya kesempatan buat mikir, gua mau marah atau nggak, mau diladeni apa tidak. Dengan begitu kita punya sedikit pertimbangan buat berfikir baiknya seperti apa ya. Karena kalo mau ikutin napsu, sikat aja dah walaupun urusan belakangannya nggak tau kaya gimana yang penting action. No! itu sama sekali nggak baik, buang-buang deh pemikiran kaya gitu.

3. Putuskan

Nah, disini deh kamu bisa reaksikan hasil pertimbangan yang sepersekian detik tadi dipikirkan. Hasilnya seperti apa? Ya itu sih tergantung pemikiran apa yang kamu buat , mudah-mudahan yang baik-baik ya.

4. Lupakan?

Manusia hidup dari pengalaman yang dia hadapi apalagi yang dia alami sendiri. Buku sidu pun berkata  “Experience is the best Teacher.” Nah, buat yang bagus-bagus dan kamu anggap berharga untuk diingat ya save ke memori, tapi kalo yang negatif atau jelek-jelek bagusnya sih dilupain aja, tapi kalo mau diinget sih gapapa buat jadi lucu-lucuan aja.

Ingatlah bahwa setiap keputusan yang kamu buat berdampak pada penilaian dan persepsi orang lain terhadap dirimu. Memang kehidupan memang sulit dan kejam, tapi  jangan terpancing untuk berkata atau bertindak hal-hal yang buruk.  Walaupun berakhir dengan mengalah bukan berarti kita kalah tapi bijak bertindak dalam mengadapi suatu masalah. So, pilihan ada di tangan kalian. Welcome To Real Life.




6 komentar: