Rabu, 20 April 2016

Mencoba Kembali Menulis

                Hampir 1 tahun lulus SMA dan 2 bulan off kuliah membuat aktifitas sehari-hari yang awalnya sibuk jadi gabut. Alhasil kuota internet terkuras dan jari mulai mengeras akibat seharian mengusap-usap layar handphone yang tak kunjung padam 24 jam. Situasi ini membuat gua sedikit frustasi, karena bagai pemain sirkus yang banyak aksi namun terpaksa berhenti karena patah kaki tapi untungnya gua nggak sampai depresi. Ternyata yang namanya menulis nggak semudah yang dilakukan dan dilihat banyak orang. Butuh banyak ide, pengamatan, bahkan energi untuk merangkai kata dan pastinya untuk mengetik. Katanya sih, menulis bisa membuat ketangkasan otak manusia jadi tetap smart dan nggak mudah pikun. Oleh karenanya gua, sebagai orang yang 180 derajat dengan orang uang suka menulis alias lemot dan pikun mencoba jalur ini untuk menulis kembali.

                Kalau namanya menulis yang terbesit di pikiran banyak orang terkhusus gua seperti bernostalgia di masa SD, saat pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini paling sering banget dilakuin biasanya setelah liburan panjang lebaran atau tahun baru. Kita sebagai siswa dituntut untuk mendeskripsikan aktifitas apa saja yang kita lakukan selama liburan, mulai dari langkah terakhir dari pagar sekolah sampai langkah pertama seusai liburan. Gua inget banget waktu SD, kalo misalkan liburan omah gua seneng banget ajak gua jalan-jalan mulai dari pasar, mall, bahkan ke tempat-tempat yang sebenernya kurang dan nggak penting demi sebuah cerita di kertas pas nanti sekolah dan setiap gua bertanya kenapa harus kesini, dia jawab “Biar nanti ada cerita kalo disuruh cerita.” Selain menulis pengalaman saat liburan, kita juga pasti pernah disuruh mengarang bebas atau menulis cerpen. Ternyata setelah hal ini penting, dikarenakan imajinasi anak kecil yang masih luas,polos, dan out of the box. Kadang juga sangking out of the box, karya yang ditulis bener-bener nggak masuk akal.

                Btw, ngomongin masalah menulis pengalaman, gua pernah menulis pengalaman masa kecil gua dan saat disuruh baca di depan kelas gua nangis karena diketawain, maklumlah namanya juga anak kecil dikit-dikit nangis, ngadu, marah, labil gitu aja terus. Tapi ada satu poin yang menarik saat lu menulis, khususnya saat lu menuliskan pengalaman buruk atau sedih lu. Mengapa begitu? Usut punya usut, konon katanya sih kalo kita menuliskan sesuatu entah dalam tulis tangan atau ketikan bisa meredakan gejolak emosi yang ada dalam pikiran kita. Menurut gua sih itu masuk akal, dikarenakan segala sesuatu yang hanya dalam dipikiran tanpa ditulis atau diutarakan lama-kelamaan bisa jadi pola pikir yang bisa berpengaruh dalam tindakan kita. Jadi, kalo misalkan ada masalah ya tulis aja tuh tapi jangan tulis-tulis aja butuh juga komunikasi 2 arah jadi bisa diklarifikasikan dan bagikan deh masalahnya. Yak cukup sekian untuk hari ini, gua berharap bisa posting setiap hari ya walau hanya 1-3 paragraf nggak apa-apa kali ya. See you, bye!  

               

3 komentar: